1. Wii U Dirilis pada Momen yang Kurang Tepat
Wii U dirilis resmi ke hadapan publik pada 2012. Selain kapabilitas hibrida, statusnya sebagai konsol Nintendo pertama yang mendukung grafis HD, kemampuan backward-compatibility untuk memainkan deretan game lawas (fitur yang absen di Switch), serta aksesoris dari Wii membuktikan kalau Wii U bukanlah konsol sembarangan. Sayangnya, kenyataan berkata lain. Wii U malah gagal di pasaran. Hal ini justru berkebalikan dengan Switch yang saat ini menjadi salah satu konsol paling sukses sepanjang sejarah.
Jika Wii dikenal sebagai konsolnya gamer kasual, Wii U diplot oleh Nintendo untuk menargetkan kalangan core-gamer. Namun, ambisi Nintendo tak berbuah hasil lantaran Wii U gagal di pasaran bahkan sejak awal peluncurannya. Terlalu banyak cela pada konsol ini yang membuatnya kesulitan bahkan untuk sekadar dilirik publik.
Keadaan buruk ini semakin diperparah karena setahun kemudian lahir konsol next-gen besutan dua kompetitor utama Nintendo yang jauh lebih seksi dan lebih mumpuni, Sony dengan PlayStation 4 dan Microsoft dengan Xbox One. Publik tentu lebih sudi menunggu kedua konsol tersebut yang notabene punya spesifikasi lebih menjanjikan ketimbang membeli Wii U yang punya konsep inovatif namun jauh dari kata matang.
Lain halnya dengan Switch yang dirilis pada Maret 2017. Walau spesifikasi jeroannya kian tertinggal oleh PlayStation 4 Pro atau Xbox One X, Nintendo sudah belajar banyak dari kesalahan saat mengembangkan Wii U. Nintendo juga membawa banyak keunggulan revolusioner yang akan dibahas lebih lengkap dan lugas lewat beberapa poin di bawah ini.
2. Switch adalah Bentuk Penyempurnaan Wii U yang Gagal
Banyak pengamat maupun gamers yang beranggapan bahwa Wii U adalah batu pijakan Nintendo untuk merilis konsol dengan konsep serupa yang jauh lebih sempurna. Dan memang seperti itulah kenyataannya. Switch merupakan konsol hybrid yang melampaui Wii U di segala aspek.
Seperti misalnya, bagaimana stik Joy-Con dapat difungsikan sebagai kontroler tunggal atau digunakan untuk kebutuhan multiplayer, jangkauannya yang lebih luas dari, hingga deretan kecanggihan lainnya yang jauh lebih baik dari apa yang dimiliki Wii U.
Lalu soal desain, kontroler Wii U terlihat jelek dan konsolnya tampak seperti sebuah kotak konsol generik yang diproduksi di masa lalu. Sedangkan, desain Switch tampil lebih kukuh dan solid. Beralih dari posisi handheld ke docking bisa dilakukan dalam satu tarikan nafas. Mulus tanpa gangguan berarti. Semua yang ditawarkan oleh Switch bukanlah gimmick belaka.
3. Status Abu-abu akibat Strategi Pemasaran yang Keliru
Kesalahan Wii U bisa ditarik hingga ke strategi pemasarannya. Banyak gamers, yang mungkin salah satunya adalah lo, menganggap kalau Wii U adalah semacam pengaya (add-on) atau aksesoris dari Wii. Padahal, itu adalah konsol yang benar-benar baru. Kebingungan ini banyak melanda calon konsumen ketika Wii U dipamerkan dan dipajang di etalase toko gaming.
Pemosisian Wii U juga abu-abu. Game-game yang ada kurang cocok untuk gamer kasual seperti anak-anak usia sekolah dasar atau orangtua. Di saat yang sama, game-game untuk mengakomodir gamer hardcore juga kurang memadai dikarenakan banyak pengembang third-party yang ogah untuk berinvestasi di konsol ini. Jadinya serba salah, kan?
4. The Legend of Zelda: Breath of the Wild
Ketika sebuah judul game dijadikan indikator atas kesuksesan sebuah konsol, ini menandakan bahwa game tersebut bisa jadi merupakan sebuah mahakarya yang fenomenal. Yap, The Legend of Zelda: Breath of the Wild menjadi salah satu alasan kuat mengapa orang rela mengambil risiko untuk membeli Switch bahkan sejak hari perdana penjualannya.
Game yang sejatinya akan dirilis sebagai game eksklusif untuk Wii U ini adalah game yang sangat impresif. Bukan hanya merupakan seri Zelda paling sempurna, Breath of the Wild juga menjadi sebuah game yang menawarkan pengalaman magis dan sulit terukir kata-kata. Semua hal yang lo harapkan dari sebuah game action-adventure bakal lo temuin di sini. Jadi, enggak usah ragu untuk memasang ekspektasi lo tinggi-tinggi terhadap game ini.
Breath of the Wild mendapat perolehan skor 96 di Metacritic dan merengkuh predikat Game of the Year 2017 dari berbagai media online dan gaming kenamaan. Hingga pada penutupan tahun lalu, game ini telah terjual hingga enam juta kopi.
Lantas, bagaimana dengan Wii U? Xenoblade Chronicles X, Mario Kart 8, hingga Splatoon tentu bukan game yang buruk. Namun, game-game eksklusif tersebut tak mampu mencapai posisi yang sama seperti Breath of the Wild sebagai game yang sudah punya status legendaris bahkan di usianya yang masih seumur jagung.
Ada juga Super Mario Odyssey yang sangat berjasa mendongkrak penjualan Switch. Seperti halnya Breath of the Wild terhadap game Zelda, Super MarioOdyssey juga menjadi titik balik evolusi dari formula Super Mario. Dalam game ini Mario berpetualang di sebuah dunia terbuka yang super luas. Area yang bisa lo jelajahin tentunya bakal jauh lebih masif ketimbang dunia open-world yang ada pada Super Mario Sunshine atau Super Mario 64. Saat ini, Super Mario Odyssey merupakan game paling laris di Switch dengan angka penjualan 9,07 juta kopi.
5. Switch Didukung Penuh DeveloperThird-party, Wii U Berjuang Sendiri
Wii U sepanjang peredarannya tak mendapat banyak dukungan dari developer pihak ketiga. Alasan mereka tentu bisa diterima, mengingat sistem mesin gaming ini tak semumpuni PS4 atau Xbox One. Ditambah lagi lemahnya kinerja penjualan yang semakin mengurungkan niat developer untuk mem-porting atau membawa game remaster ke konsol ini. Mau tak mau Wii U hanya mengandalkan game-game eksklusif mereka dan game-game dari pengembang indie sebagai daya tarik bagi calon pembeli.
Di sisi lain, Switch punya nasib yang jauh lebih mujur ketimbang pendahulunya tersebut. Sampai saat ini, sudah ada beberapa developer ternama yang bersedia membawa game mereka ke konsol hibrida ini. Ambil contoh FIFA 18, Skyrim, L.A Noire, sampai DOOM yang saat ini sudah tersedia. Memang, kompromi seperti penurunan frame rate dan kinclongnya grafis terpaksa ditempuh karena spesifikasi Switch tak segahar konsol milik Sony dan Microsoft. Namun, semuanya masih dalam batas yang bisa ditoleransi.
Menariknya lagi, sudah ada beberapa judul apik lainnya yang dipastikan bakal memperkaya daftar pustaka game Switch dan bisa kamu cicipi tahun ini baik itu sebagai game porting atau remastered. Di antaranya adalah Dark Souls, Payday 2, Outlast 1 & 2, sampai game MOBA populer kayak Arena of Valor.
Bisa lo bayangkan, bukan, bagaimana pengalaman yang bisa diperoleh dari memainkan game-game keren tersebut secara portabel? Kalau biasanya lo hanya bisa maenin Dark Souls di atas sofa, atau berduduk sila di hadapan TV, nantinya (ketika game ini resmi dirilis untuk Switch) lo bisa maenin Dark Souls di mana saja. Di stasiun saat lagi nunggu kereta, saat hiking, di kafe favorit, di manapun yang lo mau!
Mengacu pada penjualan Switch yang sangat memuaskan dan belum menunjukkan perlambatan, tinggal menunggu waktu saja ketika developer dan publisher lain menyusul untuk membawa game-game terbaik mereka ke platform ini.
***
Yap, lebih kurang seperti itulah sederet alasan mengapa Wii U bisa gagal di pasaran sedangkan Switch laku keras, padahal sama-sama mengusung konsep hibrida. Tentunya kita semua mesti mengapresiasi upaya Nintendo yang berhasil belajar dari kesalahannya, lalu memperbaiki semuanya hingga menjadi seperti sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar